Barack Obama membuka sejarah lembaran baru dalam pemilihan presiden di AS. Untuk pertama kalinya, seorang Afro-Amerika menjadi presiden AS. Kini ia adalah presiden ke-44 AS. Obama lahir di Hawaii pada 4 Agustus 1961, dari pasangan Barack “Hussein” Obama Senior, seorang mahasiswa ekonomi dan penganut Muslim dari Kenya, dan Ann Dunham, seorang perempuan kulit putih dari Kansas.
Kedua orangtuanya bercerai ketika Obama berumur dua tahun. Ibunya menikah kembali dengan orang Indonesia bernama Lolo Soetoro dan pindah ke Indonesia ketika Obama berumur enam tahun. Ia dan ibunya tinggal di Jakarta selama empat tahun. Ia pun pernah menyebut dirinya sebagai Jakarta’s street kid.
Dalam buku yang ditulisnya sendiri ini, tampak gairahnya dalam menuliskan apa yang ada di benaknya sungguh luar biasa. Begitu luar biasanya, sehingga buku ini terasa lebih dari sekadar atribut kampanye, melainkan kisah hidup yang bisa menginspirasi banyak orang. “Buku ini ibarat media untuk mengenali Obama secara lebih konkret dan komprehensif. Baik pribadi maupun visinya.” —Media Indonesia “Bintang itu bernama Obama. Semua lampu kamera dan perhatian publik kini mengarah padanya. Pintar, muda, bersuara bariton dengan intonasi yang terjaga dan pilihan kata yang selalu jitu, serta sentuhan darah Afro-Amerika, Obama layak menjadi idola.” —Koran Tempo
Dimensi: 15 x 23.5 cm
Tebal: 582 hlm halaman
Edisi: Soft Cover
ISBN: 602-8224-34-5
Bahasa: Indonesia
Kategori: Biografi
Ringkasan Buku Barack Obama: Dari Jakarta Menuju Gedung Putih
Label: Film asing, Novel Asing, Seni dan BudayaMunir, bagi sebagian (besar) masyarakat Indonesia, adalah sebuah suara keberanian di tengah kebungkaman massal atas penindasan hak-hak asasi manusia. Itulah Munir sebagai figur publik, yang diakui sebagai seorang tokoh nasional, bahkan internasional, di bidang pembelaan HAM. Buku ini mengisahkan sisi-sisi Munir di ranah privat, yang jarang diketahui umum.
Lewat penelusuran informasi unik dari keluarga, istri, dan sahabat-sahabat, pengarang menampilkan Munir apa adanya. Bagaimana peran ayah-ibu, kakak-kakak, lingkungan, sekolah, guru, istri, anak-anak, dan sahabat-sahabatnya dalam membentuk kepribadian Munir. Lewat buku ini, Munir seolah-olah hidup kembali di tengah kita untuk menyalakan lagi api keberanian itu.
● Pekerjaan paling berat adalah mengubah kultur ketakutan ... Saya sangat ingin, orang-orang sadar bahwa problem masyarakat Indonesia, agar berubah menjadi kritis, adalah adanya rasa takut. Kita harus membongkar rasa takut itu hingga ke akar-akarnya. Ini adalah sebuah energi kalau kita mau membangun sistem masyarakat yang dinamis, merdeka, jujur terhadap sesama. Karena, ketakutan itu biasanya mengakhianati ....
● Pas kuliah, aku gabung dengan HMI. Zaman itu aku militan sekali pro-Soeharto. musuhku anak-anak gerakan, sampe aku bersenjata lho. Aku bawa clurit ke kampus, berantem. Aku anggap itu perang agama ... melawan orang-orang anti-Soeharto di kampus tahun 80-an
● Cinta dan perkawinan itu bukan soal fisik, tapi kebenaran dalam kejujuran menemukan kesesuaian. jangan berdoa untuk dapat jodoh tapi berdoalah untuk kebenaran. Karena di situ cinta akan ditemukan ....
● Tuhan ada pada seberapa besar cinta kita akan kebenaran ....
● Waktu Kontras berdiri, itu ada isu-isu di baliknya. isunya aku di-back up jenderal. Sebelumnya, aku juga dituduh Yahudi, komunis, Kristen .... Terlepas dari fitnah dan pembentukan opini publik, perlu ditegaskan bahwa Kontras gak punya musuh.
Lawan Kontras sesungguhnya adalah struktur para pejabat militer lama yang nggak mau dikoreksi karena soal hak-hak asasi manusia. Intelijen gak kuanggap musuh, tentara juga bukan musuh. "Cara bertuturnya indah seperti novel. Data-datanya runtut seperti sebuah tesis, analisisnya tajam bagai sebuah kolom." -Andriani L. Soetoto, praktisi periklanan, penikmat buku.
Tebal: 292 halaman
Edisi: Soft Cover
ISBN: 978-979-433-538-3
Bahasa: Indonesia
Kategori: Biografi
Dari operasi memburu Kahar Muzakkar di Sulawesi; penumpasan G30S/PKI di RRI Jakarta, Lubang Buaya, dan Jawa Tengah; operasi tempur di Irian dan Kalimantan; hingga operasi antiteror pembajakan pesawat Garuda di Thailand, Sintong Panjaitan selalu terlibat.
Simak catatannya sebagai Panglima Kodam IX/Udayana saat Peristiwa Dili 1991, upaya membangun sistem senjata dan perlengkapan ABRI, hingga peralihan kekuasaan dari Soeharto ke BJ Habibie. Pengalaman dan pandangan Sintong Panjaitan sekitar Mei 1998 akan memperkaya khazanah riset tentang perubahan politik nasional, yang menentukan arah sejarah bangsa dan tertib regional ASEAN. Juwono Sudarsono (Menteri Pertahanan) Sebuah pustaka yang mampu menjawab teka-teki secara terang dan jelas tentang misteri yang terjadi di kalangan TNI, sehingga berguna untuk pembelajaran kita.
Atmadji Sumarkidjo (Wartawan Senior) Sangat sedikit purnawirawan TNI menulis memoar mereka sebagai prajurit tempur. Buku ini penuh dengan kisah di berbagai palagan tempur, sangat asyik dibaca dan perlu diketahui oleh generasi muda, khususnya TNI. Iswahyudi Karim SH, LLM (Pengamat Militer) Memuat hal-hal yang selama ini sangat samar-samar diketahui publik: segitiga antara BJ Habibie–Wiranto–Prabowo, kasus penculikan aktivis prodemokrasi, Peristiwa Mei 1998, dan seputar lengsernya Soeharto. Mayjen TNI (Purn) Samsudin (Komandan Pussenif 1985-1987)
Tebal: 550 halaman
Edisi: Hard Cover
Bahasa: Indonesia
Kategori: Biografi